Presiden Indonesia Dari Masa Ke Masa



Soekarno (1945 - 1966)

Soekarno anak seorang guru. Dia dididik di sekolah ayahnya sendiri di Mojokerto, lalu dia pindah ke sekolah Belanda di kota yang sama. Soekarno melanjutkan ke Surabaya dan mondok di rumah H. Umar Said Cokroaminoto, seorang aktivis pergerakan. Di sana dia sering berjumpa dengan tokoh-tokoh Indonesia dan minatnya ke dunia pemikiran, agama dan politik mulai berkembang. Setelah lulus dari HBS di Surabaya, dia belajar Arsitektur dan Sipil di Institut Teknologi Bandung. Soekarno tak terlalu pandai matematika, tapi pandai mendesain. Lulus ketika umur 26, Soekarno sempat menjadi arsitek dan kemudian terjun ke dunia pergerakan politik. Malang melintang di dunia politik (dan romance tentunya), Soekarno akhirnya menjadi presiden pada tahun 1945 setelah pasukan sekutu mengusir Jepang dan memberikan status quo kepada Indonesia. Soekarno mencintai dunia seni dan pemikiran. Soekarno pandai berbahasa Belanda, Inggris, Spanyol dan beberapa bahasa lainnya. Dia sangat gemar membac! a buku dan menulis masterpiece Di Bawah Bendera Revolusi (I dan II). Soekarno terlibat politik yang kompleks di tahun 1960-an, dan manifesto Nasionalisme-Agama-Komunisme ternyata formulasi yang sulit diaplikasikan di Indonesia (atau di manapun di dunia!). Soekarno lengser di tahun 1966, dan digantikan Soeharto.

Soeharto (1966 - 1998)

Masa kecil Soeharto samar-samar. Satu sumber mengatakan bahwa ia anak broken-home (ayah dan ibunya bercerai ketika ia masih kecil, dan ia lalu diasuh oleh seorang pegawai rendahan bernama Prawirowiharjo). Di daerah Wuryantoro itu, Soeharto menjadikan Prawirowiharjo sebagai role model-nya. Berbeda dengan Soekarno, Soeharto tak mendapatkan asupan intelektual dari lingkungannya, sehingga minatnya kepada dunia pemikiran dan pengetahuan sangat rendah. Namun demikian, pada 1940, Soeharto bergabung dengan pasukan militer Belanda. Sempat menjadi pegawai bank (lalu dipecat), Soeharto lalu begabung dengan KNIL dan belajar mengenai strategi perang dan intelijen di sana. Karir militernya sebenarnya biasa-biasa saja, tapi tragedi G30S/PKI memberikan posisi penting dalam kelanjutan karir politiknya. Dia menggantikan Soekarno tahun 1966.

BJ Habibie (1998 - 1999)

Habibie anak keluarga menengah di Sulawesi. Ayahnya meninggal ketika Habibie berumur 13 tahun. Ibunya mengirim Habibie untuk sekolah SMA di Bandung, dan setelah lulus Habibie melanjutkan studi Teknik Mesin di Institut Teknologi Bandung. Ibu Habibie segera membeli devisa dari pemerintah (suatu cara untuk bisa mengirimkan anak studi ke luar negeri dengan biaya sendiri). Habibie menyelesaikan Diplom Ingineur di RWTH Aachen, Jerman Barat, tahun 1960. Dia mendapat gelar Doktor Ingineur tahun 1965 di bidang konstruksi pesawat terbang. Habibie lalu bergabung dengan Talbot dan pindah ke Hamburg dan bekerja di MBB (perusahaan pesawat terbang Jerman Barat). Habibie mempublikasikan teori untuk menghitung perambatan retak pada struktur pesawat yang mendapatkan beban lelah; papernya ditulis dalam bahasa Jerman. Jabatan terakhirnya adalah Vice President bidang Teknologi sebelum akhirnya tahun 1974 dia pulang untuk memenuhi panggilan Soeharto mengembangkan teknologi di Indones! ia. Habibie memiliki cita-cita yang sangat ambisius di bidang teknologi dan proyek-proyeknya menguras modal negara. Dia menyekolahkan ratusan anak muda ke luar negeri untuk mengambil doktor dan berusaha membangun teknologi secara mandiri. Habibie akhirnya menggantikan Soeharto tahun 1998.

Abdurrahman Wahid (1999 - 2001)

Ketika kecil, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dididik oleh kakeknya Hasyim Asyari. Ayahnya menjabat menteri agama ketika itu. Umur 5 tahun, Gus Dur telah lancar membaca Qur'an. Setelah pindah ke Jakarta, selain bersekolah umum, dia juga dididik bahasa Belanda privat oleh Willem Buhl (seorang muallaf yang mengganti namanya jadi Iskandar). Willem juga mengenalkan musik klasik kepada Gus Dur. Gus Dur sempat memenangkan kompetisi menulis ketika SD di Jakarta. Gus Dur lalu mondok di Yogyakarta dan belajar di SMEP. Di sana ia sering berdiskusi dengan orang-orang Muhammadiyah. Karena pandai berbahasa Inggris, Gus Dur diberi bahan bacaan sastra Inggris dan Rusia. Ketika masih belia itu, Gus Dur sudah membaca novel dan buku kaliber macam Das Kapital, What is To Be Done? dan lainnya. Gus Dur menyukai acara-acara budaya Jawa yang dipertontonkan di pesantren Tegalrejo. Gus Dur mulai suka berkelakar ketika di pesantren ini. Umur 20, ia bersekolah di Al-Azhar, namun kecewa den! gan rendahnya kurikulum di sana. Ia lalu belajar sendiri di United States Information System, berbagai perpustakaan dan toko buku. Ia menyukai bola dan gemar menonton film. Gus Dur pindah ke Baghdad dan mendapatkan gelar sarjana di sana. Gus Dur sempat belajar sendiri di perpustakaan-perpustakaan universitas di Belanda, Jerman, Perancis dan Kanada selama beberapa tahun. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sebulan dua kali Gus Dur pergi ke galangan dan bekerja sebagai pencuci kapal; Gus Dur juga sempat menjadi tukang setrika selama di Belanda. Gus Dur kembali ke Indonesia dan dipilih menjadi ketua NU. Gus Dur sempat menjadi PhD thesis reviewer dan mendapatkan gelar Doktor HC dari Sorbonne University. Gus Dur lalu terjun ke politik dan menjadi presiden tahun 1999.

Megawati Sukarnoputri (2001 - 2004)

Megawati sempat kuliah pertanian di Universitas Padjadjaran Bandung, tapi kemudian dropped-out tahun 1967 ketika pamor Soekarno mulai runtuh. Setelah itu Megawati melanjutkan studi di psikologi Universitas Indonesia, tapi kemudian dropped-out dua tahun kemudian. Megawati bukan seorang intelektual dan tak terlalu tahu dunia luar Indonesia. Selama 20 tahun dia menjadi ibu rumah tangga, dan akhirnya bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia. Figur Soekarno memberikan rasa percaya diri bagi Megawati dan pendukungnya. Setelah meraih suara terbanyak dalam pemilu, Megawati menjadi wakil presiden. Megawati lalu menggantikan Gus Dur tahun 2001.

Soesilo Bambang Yudhoyono (2004 - sekarang)

Soesilo Bambang Yudhoyono atau SBY bersekolah di Sekolah Rakyat Gajahmada (sekarang SDN Baleharjo I). Dia sempat menjadi mahasiswa di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tahun 1969. Tapi kemudian ia pindah ke IKIP Malang agar bisa berkonsentrasi untuk ikut ujian akademi militer. SBY diterima masuk AKABRI tahun 1970 dan lulus sebagai siswa terbaik tahun 1973. SBY sering mengikuti kursus di Amerika untuk memperdalam ilmu militernya. SBY mendapat gelar master dari Webster University tahun 1991. SBY pensiun dari dinas militer tahun 2000 dan menjabat menteri pertahanan di era Gus Dur. SBY mendapatkan gelar doktor dari Institut Pertanian Bogor dua hari sebelum dirinya dilantik menjadi presiden tanggal 3 Oktober 2004.

No comments: