Citra Yang Kosong

SYAHDAN Seorang suci sedang meditasi dibawah pohon pada pertemuan dua jalan.
Kegiatannya itu terganggu oleh seorang anak muda yang berlari dengan panik
kearahnya.

"To...To....Tolonglah, saya", ujar anak muda itu terengah-engah. "Ada orang
salah menuduh. Dikira saya ini pencuri. Ia dan banyak orang lainnya
mengejar saya. Kalau saya tertangkap, kedua tangan saya akan dipotong.
Tolong, Pak......", sambungnya berlinangan air mata

Anak muda itu lalu memanjat pohon yang digunakan orang suci itu bermeditasi.
Ia bersembunyi diantara daun-daun yang rindang. "Tolong, jangan kasih tahu
dimana saya bersembunyi....."

Orang suci itu melihat dengan mata batinnya. Pemuda itu sungguh-sungguh tak
bersalah. Ia bukan pencuri.

 Tak lama kemudian sekelompok orang menghampirinya. Dan seseorang yang
tampaknya sebagai pemimpin bertanya :
"Pak, apakah melihat anak muda yang lari kesini?"

Berpuluh tahun sebelumnya, orng suci itu pernah bersumpah untuk selalu
berkata jujur. Ia sebenarnya tak ingin mengkhianati anak muda tak berdosa
itu. Tapi, sumpahnya sangat mempengaruhi dirinya sendiri.

"Kemana perginya?" sergah yang bertanya tadi.

Orang suci itupun menunjuk kearah atas pohon. Tak lama, kelompok orang itu
menyeret anak muda yang malang. Sambil dibawa pergi, ekor mata anak muda itu
melirik ke orang suci dengan pandangan kosong. Tak lama kemudian anak muda
itu dipotong tangannya.

Ketika orang suci itu meninggal duna. ia berdiri di Mahkamah Akhirat. Ia
dikecam, karena sikapnya terhadap anak muda yang naas.

"Tetapi", ujar orang suci itu, protes. "Saya telah bersumpa! h suci untuk
selalu berkata jujur. Saya terikat untuk berbicara dan bertindak berdasarkan
sumpah itu"

Datang suara menggelegar :"Tetapi hari itu........Kamu lebih mencintai
kebanggaan daripada kebajikan. Bukan demi kebajikan kamu menyerahkan anak
muda tak berdosa itu. Tapi semata-mata, karena kamu ingin mempertahankan
citra yang kosong tentang diri kamu sebagai orang suci"

No comments: